Hem sebuah pertannyaan, ketika GELAR SP, sudah menghias dinamaku, "Mau kerja dimana Jack?" "eh jack di Bank anu buka lowongan tuh", "Jack Finace PT itu buka lowongan", "di pemda itu buka lowongan
PNSjuga jack"…."Wah aje gile, lo nawarin kerja kayak gitu! Terserah loe mau bilang apa, mau bilang kolot, mau bilang gak tau jaman, mau bilang masa depan gw yang gak jelas". Di kepala gw, kerjaan yang akan
gw lakoni, adalah pekerjaan yang sesuai Hoby dan Profesi gw. Percuma kuliah gw 9 tahun yang hampir di DO kalau gak mengapdi pada profesi gw.
Pokoknya Kerjaan gak boleh mengalahkan minat, hoby atau profesi gw, hahahaha kalau gw Sarjana pertanian trus gw kerja di Bank, atau perusahaan yg kagak nyambung sama profesi gw, percuma gw kuliah lama2 di Fakultas Pertanian……Percuma gw belajar Biologi, Dasar2 agronomi (mana ngulang 3x lagi), belajar biologi umum, belajar Hama penyakit tanaman, belajar Ekonomi pertanian, belajar ekonomi sumberdaya alam,wah rugi deh, pokoknya! Itu artinya ilmu yang gw dapat dari dosen2 gw MUBAZIR banget and menyia-nyiakan ilmu yang sudah gw dapat trus gak bisa di bagi-bagi atau bermanfaat buat orang banyak! Itu namanya mengkufuri nikmat Tuhan!.................
Dari dulu loe tau, selama kuliah Hoby gw cuman Foto-Foto, Naik gunung, Traveling, keluar masuk desa terpencil. Saat tahun ajaran baru dimulai gimana caranya nyiasatin nyusun SKS pokoknya, cukup ambil 18 SKS aja, jadi kuliah seminggu 3X, sisanya buat jalan2 menyalurkan hoby and mengasah kemapuan yang gak gw dapet dari kampus, hehehe wajarkan tamatnya agak lama!
Namun setelah di pikir kalau gw banting setir, hem rugi deh kuliah and ilmu gw gak akan berguna!..........namun setelah dipikir ulang walaupun gw miskin harta, ternyata gw sudah memilih jalan hidup gw, pokoknya gimana caranya harus tetap kerja sesuai hoby and profesi, bagi gw kalau kerja nggak cinta, nggak iklas pasti hasilnya gak maksimal, yg di kejar bakalan urusan duniawi, Penghasilan gede kerja 0 (NOL), ujung-ujungnya korupsi, kutit sana- kutit sini! Itu dia yang kayak begitu yang gw gak mau.
Ada contoh temen gw yg dulu sama-sama lulusan Sarjana Pertanian dengan IPK 3,2, pinter, rajin, ahli dalam tissue culture ( kultur jaringan) anggrek, pokoknya bisa memperbanyak tanaman apa saja dengan cara kuluture jaringan, eh pas tamat kerjanya di Bank,….wah rugikan kuliah cape-cape, belajar tanam menanam, gak taunya gak dipake tuh ilmu! dia sendiri mengakui harus belajar di dunia barunya, yang gak pernah di dapet di bangku kuliah dari masalah pemasaran sampai perbangkan dll, pokoknya dimulai dari 0 ( nol) lagi,…………….yach inilah negeri kita, yang serba aneh, serba semrawut pokoknya! ( Maaf bila ada yang terkritik, walaupun apapun profesinya, apapun pekerjaan baik tukang becak, Dosen, tukang sapu, pejabat, teller bank, dll, sama di Mata Tuhan yang penting HALAL)
WAJAR kalau negara ini gak maju2, karena pikiran yang ada di otaknya adalah duniawi saja alias uang, bukan ilmu, bukan bagaimana membangun dengan kemampuan dan profesi kita! Gw nggak nyalahin temen gw sih itu mah tergantung orangnya! Namun yang gw salahin adalah sistem Negara kita!, and wajar saja bertahun2 negara kita, Indonesia yang terkenal sebagai Negara agraris, ternyata gak maju2. mau bagaimana kalau Sarjana Pertaniannya gak mau kembali ke sawah, gak mau mengapdi ke bidangnya, gak mau menyumbangkan ilmu dari bangku kuliah untuk kemajuan pertanian!.........hal ini juga sama halnya dengan temen-temen gw yang punya gelar SHut (Sarjana Kehutanan), dimana setiap tahun dari kampus gw minimal ada sekitar 20 atauang SHUT yang di wisuda, namun keadaan hutan kita malah makin parah, makin gundul, dalam ilmu statistik, kalau di buat grafiknya anatara jumlah lulusan sarjana kehutanan ternyata berbanding terbalik dengan keberasilan kelestarian hutan, dimana semakin banyak sarjana kehutanan semakin rusak hutan...hahaha, bener gak…. !?
Yah walaupun semuanya gak kayak begitu, sebagian sarjana masih pada idialis, masih pada profesinya bekerjanya! Nah yang sebagiannya lagi itu dia, Cuma kuliah yng penting dapet title….ini dia perusak bangsa!
"Sebenernya gw gak rugi2 banget kok jd Sarjana Pertanian, gw malah bangga! Salah satu hobby gw mengkoleksi tanaman hias, atau tanem menanem, di pekarangan kost, yang sebagian temen gw bilang iseng banget Bang jack", "eh Bang Jack tangan loe tuh gak dingin setiap nanem dari 10 taneman cuma 4 yang hidup, itu juga kalau ada hujan, kalau nggak mati semua…..hehehe"! "ye….itu karena gw sering pergi,
jadi kadang lupa nitip taneman ke temen2 buat nyiram"…."loe juga yang seneng kalau ada yang berbunga, loe juga yang heboh duluan, yang minta duluan buat bahan praktikum……….!"
Bencana + Kebijakan mandul= Tempe mahal x Petani Miskin = Negara Semrawut
Tulisan diatas cuman sebagai pengantar, antara kenyataan yang ada dan sebuah dilema para Sarjana di negeri ini. Yang pada ujungnya ternyata apa yang di takuti oleh bangsa ini menjadi kenyataan. Dimana indonesia yang katanya negara agraris namun ternyata harus di dikte oleh bangsa lain dalam menentukan harga hasil bumi. Sebenarnya kejadian saat ini merupakan akumulasi dari berbagai macam permasalahan mengenai dunia pertanian selama beberapa dekade terakhir ini. Ya salah satunya masalah diatas, dimana sarjana pertanian yg enggan bekerja di dunia profesinya, kebijakan pemerintah yang tumpang tindih, dan permasalahan lainya yang membuat para petani malas untuk tetap bekerja menjadi petani, ya wajar saja bila saat ini indonesia menjadi negara yang berketergantungan terhadap bangsa lain dalam urusan pangan. Salah satunya yang saat ini di hadapi adalah naiknya harga kedelai yang berujung pada bangkrutnya sejumlah pengusaha yang menggunakan kedelai sebagai bahan dasar produksi usahanya.
Pemerintah Indonesia selalu saja membohongi rakyat Indonesia, yang katanya tidak akan ketergantungan pangan oleh bangsa lain, nah saat ini ternyata kebohongan ini terbuka satu persatu, dari harga beras naik, yang ternyata indonesia impor beras, bahkan pernah harga pesawat buatan anak bangsa indonesia di samakan harga beras dari negara sahabat. Ketika Amerika mengalami krisis akibat naiknya harga minyak
mentah dunia, maka para ekonom negara paman sam tersebut menekan dengan menaikan harga yang dibutuh oleh negar-negara miskin, negara yang membutuhkan barang-barang yang diproduksi oleh Amerika, salah satunya adalah meningkatnya harga kedelai dipasar dunia, yang berujung pada meningkatnya harga kedelai di pasar Indonesia, kejadian ini akan berujung pada krisis multidimensi seperti kejadian awal tahun 1998, kalau tidak cepat ditangani lebih serius.
Permasalah yang akan terjadi akan sesuai dengan hukum ekonomi dan hukum sibtitusi, dimana ketika kedelai naik, maka akan ada bahan-bahan yang naik seperti tepung terigu, beras, jangung, yang nantinya disusul naiknya harga bungkil kedelai yang menjadi bahan baku pakan ternak sementara permintaan konstan atau terus meningkat. Menurut Kompas 17 Januari 2008 bahwa idustri pakan ternak memproyeksikan kebutuhan bungkil kedelai pada tahun 2008 sebanyak 1,6 juta ton, namun dikarenakan kenaikan harga kedelai yang mencapai 50,6 persen per oktober 2007 dari sebelumnya Rp 2.850/kg per november 2006 maka dampaknya adalah kenaikan harga pada pakan ternak, yang berdampak pula pada naiknya haga ternak yang pada gilirannya akan mendatang,terjadi kenaikan harga daging ayam, telur dan menyusul nantinya kenaikan harga jagung dan lain-lain.
Kondisi pertanian di negara Indonesia memang kacau balau, karena pemerintah memang tidak memiliki kebijakan yang memadai dan ketergantung pada impor yang tidak di sesuaikan dan di persiapkan dengan baik serta disesuaikan dengan siklus kebutuhan rakyat Indonesia. Kenyataan ini tampak bahwa pemerintah tidak memiliki pandangan yang luas yang berjangka panjang dalam kebijakan pertanian dan kebijakan lainya. Sehingga yang harusnya dilakukan adalah mengubah paradigma pertanian, perubahan ini tidak saja di eksekutifnya, namun di tingkatan bawah, seperti pejabat pemerintah di daerahpun baik kepala dinas maupun petugas penyuluh lapangan hingga akademi yang menjadi mitra pemerintah harus ikut berubah.
Dirubah atau Berubah Menurut Rhenald Ksali, Ph.D manusia akan berubah menuju kesukseksan ada dua sebab pertama karena manusia memiliki rancangan atau rencana, secara jangka panjang agar dapat menuju kesuksesan dan yang kedua adalah diubah cara berpikir agar dapat survive dan memiliki paradima baru untuk kesuksesan. Nah ternyata kemajuan yang pernah di capai bangsa indonesia bukan karena ingin berubah namun karena diubah yang secara nyatanya adalah bangsa indonesia ini dipaksa berubah karena situasi dan kenyataan yang ada, baik masalah pertanian, perekonomia, pendidikan dan lain-lain.
Manusia-manusia indonesia tidak pernah sadar atau memiliki wasan kedepan, sebuah rencana jangka panjang untuk sebuah perubahan dan kesuksesan dalam bidang apapun, baik pertanian, pendidikan, perekonomian lingkungan dan lain-lain. Ini terbukti dari beberap kejadian salah satunya ketika harga kedelai naik maka harga kebutuhan lainya naik dan pemeintah kita tak punya soslusi yang memang seharusnya dalam hitung-hitung kejadian ini telah diprekdiksi, ini sam halnya dengan bencana yang ada di indonesia seperti banjir, kebakaran hutan dan lain-lain, dimana pemerintah akan berubah ketika kebakaran jengot, ketika banjir sudah terjadi danmmenelan korban jiwa, baru membuat program penghijauan, baru gembar-gembor global warming, ketika budaya indonesia diakui negara tetangga baru mulai sibuk..ini jelas-jelas pemerinthan indoneisa hanya memliki pandangan sempit sama dengan pandangan kacamata kuda, yang hanya bisa melihat kekanan dan
kiri saja.
Harga Pangan dunia >harga pangan dalam negeri = Petani Miskin + Rakyat Miskin Gizi
Pada sebuah pers, Menteri Pertanian R.I Anton Aprioyato mengatakan bahwa pemerintah Indonesia menyadari akan ketergantungan pangan di indonesia terhadap bangsa lain. Yang berujunganya tidak baik bagi kethanan pangan bangsa indonesia. Dan yang terjadi adalah negara Indonesia tidak berhasil meredam harga pangan di pasar dunia yang berakibat terseretnya harga pangan dalam negeri.
Keadaan diatas karena Pemerintah tak sanggup membuat program untuk merangsang petani agar mau melakuakn intensifikasi usahati, sebenarnya semua ini adalah hukum sebab akibat, Petani tidak mau berusahatani karena harga saprodi (Sarana produksi pertanian) seperti pupuk bibit, dll mahal, sementara harga produksi murah karena adanya kebijakan impor terhadap hasil pertanian yang mengakibatkan harga produksi dalam negeri lebih murah dari produksi yang dimpor. Wajar saja ketika kedelai naik beras naik, kok petani masih Miskin, wajar saja sarjana pertanian enggan kembali bekerja di profesinya, wajar saja para petanipun beralih usaha.
Bangsa TEMPE
Kebayang tidak sebelumnya bahwa Tempe yang merupakan makan paling murah yang dibuat dengan di injek-injek menggunakan kaki, ternyata saat ini menjadi makanan yang berkelas yang tak sanggup lagi dibeli oleh tukang becak, oleh para kaum miskin, padahal Tempe merupakan makanan faforit yang murah meriah, makan yang memiliki protein nabati tinggi, makanan sehari-hari gw yang telah mencerdaskan isi kepala bangsa indonesia dari tempe bacem, tempe goreng, tempe penyet, mungkin saja nanti harga tempe lebih mahal dari harga daging ayam, dan bisa saja nanti ada hamburger rasa tempe. Ini baru tempe yang naik, belum beras, belum susu, belum barang-barang lainnya. Kebayang tidak keuarga yang sehari-hari makan dengan tempe tahu saat ini tak sanggup lagi membelinya, mungkin makan nasi dan garam saja.
Walaupun negara ini di bangun oleh anak bansa yang cerdas karena makannya sehari hari dengan tempe, namun ternyata memang indonesia adalah bansa Tempe, yang ternyata juga bermetal tempe, berotak tempe. bersifat tempe. Bekerja dan berpikir untuk sesat tanpa untuk kemajuan kedepan.
Bangkit atau terlena
Ibarat makanan kalau setiap hari cuman makan dengan nasi tempe makan akan bosan, maka harus berubah menu yang sedikit istimewa dengan nasi telor, dan seterusnya menjadi Nasi daging yang 4 sehat 5 sempurna. Inilah lah yang harus dilakukan oleh bangsa ini, setiap saat selalu terpuruk maka saatnya harus bangkit dengan pemikiran kedepan agar kita dapat keluar dari krisispangan, krisi multi dimensi, namun saat keluar jangan hanya sesat, namun setrusnya hingga rakyat bangsa ini sejahtera. Tidak saja pejabatnya namun petaninya, tukang becaknya, semua orang lapisan bawah yang merasakan kesejahteraan.
Sikap dan tindakan pemikiran jangka panjang yang berwawasan luas ini harus dimulai oleh para sarjananya, para pemuda, dan yang pasti harus didahului oleh pemimpinya, serta pemerintahnya. Yang mana para sarjana bekerja sesuai profesinya, para dosen kembali ke kampus untuk mengajar, bukan mengejar proyek, PNS yang merupakan pelayan rakyat harus melayani rakyat, pemimpin pemeritahan harus berpikir untuk kemajuan bukan untuk bagaimana caranya korupsi. Bila kita kembali ke visi dan FOKUS maka negara ini akan terlepas dari bencana, bencana krisis multi dimensi.
0 komentar:
Posting Komentar